SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Senin, 15 Februari 2010

Mengehentikan Budaya Kekerasan oleh Guru

Guru merupakan profesi yang sangat mulia. Sebab, melalui tempaannyalah kini muncul banyak sekali tokoh mumpuni yang luar biasa. Sebenarnya, guru berbeda dengan teacher dalam bahasa inggris yang artinya pengajar. Sebab, guru berasal dari kata Sansekerta yang berarti figur teladan, pendidik, sekaligus orang tua bagi siswa. Sehingga figur guru sangatlah agung.

Namun akhir-akhir ini, semua keagungan guru tersebut menjadi tercemar oleh tindakan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa guru kepada siswanya. Memang, tindakan itu dilakukan dengan alasan kedisiplinan. Ini tentu harus menjadi periksa bagi kita semua. Mengapa semua itu bisa terjadi? Tentu semua itu pengaruhnya dari bebrapa faktor, yaitu:

A. Latar Belakang Keluarga
Perhatikan latar belakang keluarga. Jika dari kecil sering melihat kekerasan dijadikan sebagai solusi, maka akan membuat seseorang mempunyai pemikiran bahwa solusi segala masalah adalah melalui kekerasan.
B. Lingkungan
Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang keras dan menjadikan kekerasan sebagai kebiasaan, maka akan membuat seseorang menjadi berperangai keras. Dan apabila ada yang mendapat perlakuan keras sejak dini, maka itu akan merangsang seseorang untuk melakukannya pada orang lain.
C. Individual
Adakalanya, kekerasan itu tumbuh memang dari jiwa seseorang. Atau yang sering kita sebut berangsan. Jika orang sudah punya karakter seperti ini, tentu akan menjadikan kekerasan sebagai kebiasaan. Bahkan akan mendapatkan kepuasaan jika melakukannya.

Hal yang hendak dilakukan oleh guru untuk menghindari hal itu ialah:
A. Guru Adalah Panutan
Seorang guru wajib memberikan panutan yang baik bagi siswanya. Sebab, perilaku seseorang guru akan menjadi teladan. Jika teladan yang diberikan itu baik, maka siswanya bisa baik. Namun, jika teladan yang diberikan itu salah, maka tentu siswa akan salah juga. Yang lebih miris, jika siswa terbiasa, menyaksikan kekerasan, bisa jadi siswa tersebut akan meniru perbuatan itu.
B. Pendekatan Emosional
Seorang guru harus melakukan pendekatan emosional pada siswa. Sebab, guru ialah orang tua kedua bagi siswa. Setiap siswa mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pastilah itu merupakan suatu hal yang menarik untuk dipelajari oleh guru. Dengan pendekatan emosional inilah maka akan terjalin sebuah hubungan yang bisa menghindarkan guru dari berbuat kekerasan.
C. Berfikir Panjang
Jika dalam kondisi marah, sebaiknya guru tetap menyadari bahwa dengan kekerasan yang didapatkan hanyalah kehancuran. Baik untuk dirinya sendiri maupun anak didiknya. Apalagi jika kekerasan yang dilakukan berlebihan, maka akan membuat anak menjadi terluka, trauma, cacat, atau meninggal dunia. Tentu ini semua wajib untuk dipahami.
D. Mendapat Sanksi
Jika korban tindak kekerasan merasa tidak terima, maka guru akan mendapatkan sanksi sesuai dengan perbuatannya. Ini tentu saja akan menjadi hal yang tidak diinginkan bagi kita semua. Oleh karena itu, sebelum semuanya terjadi, guru wajib mengendalikan diri.

Bagi pihak sekolah, sebaiknya juga menindak tegas guru yang menodai citra pendidikan. Diberi sanksi yang tegas. Semua itu harus dikawal supaya berjalan dengan baik sehingga pelakunya kapok. Kalau perlu kejadian ini bisa diketahui oleh semua jajaran sehingga jika melihat tindakan itu, segera dihentikan. Cukup apa yang telah kita saksikan selama ini. Jangan sampai jatuh korban lagi. Guru tetaplah guru, insan mulia harapan bangsa, penempa indahnya bangsa.
Oleh : Batara R Hutagalung (orang tua murid)
Majalah Guruku No.1 Februari 2009 hlm 59



Entri Populer

My Video

Pesan Kebaikan

Powered by Blogger